Episode Sebelumnya : The Best Father
Confession
* * *
Daryan masih menunggu bis datang. Dia cemas karena akhir-akhir ini Dokter Daryan menghindari kontak mata dengan Daryan. Dia takut apakah Dokter Daryan tahu dengan identitas aslinya. Untuk memastikannya, Daryan memeriksa kartu donor yang selalu dibawanya di tas. Dia membuka tas, dan tiba-tiba dia terkejut karena kartu donornya hilang. Biasanya ada di tasnya, tapi tiba-tiba menghilang. Apakah jangan-jangan, Dokter Daryan sudah mengetahuinya?
Tak berapa lama, bis pun datang dan Daryan pun segera naik bis itu. Daryan masih dilanda kecemasan karena kartu donornya hilang.
-------------------------
Dokter Daryan pun sampai di RS Siloam dengan membawa tas punggung besarnya.
Setelah sampai di ruangannya, dia pun duduk dan mereflekskan dirinya. Dia masih berpikir tentang kartu donor yang didapatnya. Dia pun mengeluarkan kartu donor yang didapatnya dan melihatnya lebih detail lagi. Dan benar, namanya adalah Daryan Eka Haryanto. Tanggal lahirnya sama dengannya. Dokter Daryan pun berpikir bagaimana bisa Daryan yang dikenalnya sebagai perantau luar kota bisa berbuat seperti ini? Bukannya ada KTP yang dia bawa?
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Sepertinya yang ngetuk pintu adalah keluarga pasien. Mungkin dia ingin konsul dengan dokter. Dokter Daryan kembali seperti biasanya dan siap untuk melontarkan kata-kata pada keluarga pasien.
---------------------
Daryan seperti biasa pergi ke sanggar seni untuk belajar. Mungkin ini jadi akhir pertemuan di Sanggar Seni karena Daryan hanya sampai di sini saja belajar Seni Rupa. Daryan sendiri yang mau berhenti dari sanggar seni itu.
-------------------------
Setelah melayani pihak pasien, Dokter Daryan langsung keluar dari rumah sakit untuk menenangkan diri. Dia pergi ke kafe untuk tenangkan diri. Sekaligus melihat lagi kartu donor itu. Dia terus menatap kartu donor itu.
Dokter Daryan masih belum percaya dari apa yang dilihatnya. Bagaimana bisa Daryan Eka Haryanto ada di daftar pendonor? Bukannya dia hanya menjaga istrinya sepanjang hari?
Daryan pulang tanpa berkata-kata pada guru-nya. Hanya mengucapkan selamat tinggal saja sudah cukup. Sebelum pulang ke rumah, Daryan singgah di kafe yang sering dia kunjungi. Dia memesan kopi cappucino dan roti sandwich panggang.
Dia duduk sambil menunggu pesanan. Dia masih dilanda rasa kecemasan karena kartu donor tersebut.
"Bagaimana jika Kak Daryan tahu soal kartu donor itu? Apa yang telah terjadi padaku?" gumamnya di dalam hati.
Sementara itu, Dokter Daryan juga masih curiga. Kartu donor masih dia pegang.
"Apa benar kartu donor ini milik Daryan yang dari perantauan? Atau mungkin ini adalah kartu donor lamaku?" Dokter Daryan juga ikut bergumam.
Secara kebetulan, Dokter Daryan melihat Daryan yang semakin lesu saja duduk di kursi meja no 22. Dia pun segera memanggilnya.
"Hei, Dek Daryan. Sini, ayo sini." seru Dokter Daryan sambil menjentikkan jarinya.
Daryan terkejut karena melihat Dokter Daryan secara kebetulan.
"Lho, Kak Daryan? Kok kakak ada di sini? Bukannya kakak ada di rumah sakit?" Daryan pun menghampiri Dokter Daryan dan duduk bersama.
"Ah, istirahat dulu." jawabnya dengan polos sambil memasukkan kartu donor secara diam-diam.
"Kakak pesan apa di sini?"
"Kakak pesan espresso dan roti tawar."
"Lho, kok pesannya yang itu? Kan gak enak."
"Hahahaha, kakak bercanda kok. Kakak pesan yang enak."
"Pesan apa coba?"
"Aduh, kan kamu udah tahu menu-menu di kafe ini."
"Iya sih, aku selalu mesan yang enak si sini."
Dokter Daryan tersenyum mendengar pengakuan Daryan.
-------------------------
Di rumah sakit, teman Daryan yang bernama Dani sedang mengecek sesuatu. Kayaknya itu adalah dokumen yang berisi tentang dokter-dokter yang bertugas jaga malam di RS ini. Berhubung Dani juga adalah panitia donor, dia juga kelihatan bingung karena nama temannya ada dalam daftar pendonor. Tapi yang aneh, si pendonor dengan nama Daryan Eka Haryanto ini umurnya masih sangat remaja. Sekitaran 17 tahunan. Lalu, siapa kira-kira anak remaja itu?
Dani masih berjalan di lorong rumah sakit dengan sangat bingung. Dan di TV, ada berita terbaru yang sedang disampaikan oleh pembawa berita.
------------------------
Telah ditangkap seorang mahasiswa berumur 20 tahun yang telah mencuri identitas seorang dokter berumur 47 tahun demi kepentingan seorang mahasiswa tersebut dan berniat untuk menjatuhkan Dokter tersebut. Diketahui bahwa dalam peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah, barang siapa yang telah mencuri identitas orang yang penting demi urusan pribadinya, maka akan dipidanakan selama 20 tahun penjara dan denda 500 juta rupiah. Untuk sekarang ini, mahasiswa yang ditangkap akan menjalani sidang pertamanya besok.
--------------------------
Dani melihat berita itu juga kelihatannya agak terkejut. Apakah Daryan Eka Haryanto yang mendonor darah waktu itu adalah seorang penguntit?
--------------------------
Daryan dan Dokter Daryan masih di kafe dan mereka makan sangat lahap.
"Wah, makan kamu tak berubah yah." sahut Dokter Daryan yang melihat Daryan makan belepotan remah-remah di mulutnya.
"Hahaha, iya. Saya sih punya cara tersendiri untuk makan." Daryan bicara dengan mulut yang penuh makanan.
"Aduh, cepat selesaikan saja makanmu. Kita harus pulang ke rumah, ada yang harus aku urus."
"Oh, harus sekarangkah? Ini aku harus makan ini semua. Bagaimana aku harus habiskan?"
"Bungkus aja, nanti kau makan di rumah. Enteng, 'kan?"
"Oh iya, yah."
Sepertinya rasa kecemasan Daryan perlahan menghilang. Kini dia senang lagi bisa melihat Dokter Daryan tersenyum seperti itu setelah Dokter Daryan sering menghindari Daryan.
Dokter Daryan pun membayar semua makanannya dengan kartu kredit dan langsung pulang bersama Daryan.
Mereka mengalami pembicaraan yang seru.
"Oh iya, bagaimana dengan les terakhirmu di sanggar?" tanya Dokter Daryan membuka obrolan.
"Yah, kayak biasanya sih kak. Karena itu kemauanku untuk berhenti."
"Iya, setidaknya kamu harus berhenti karena kamu sudah ingin memulai proyekmu. Tapi proyek kamu sudah selesai belum?"
"Belum sih, tapi proyek aku sudah kuselesaikan melalui hp."
"Wah, bisakah?"
"Iya dong. Bisa."
"Biar kulihat."
Daryan menunjukkan hasil proyeknya itu pada Dokter Daryan. Tapi sebenarnya bukan proyek, namun hanya dibuat-buat semata-mata adalah proyek sungguhan. Kali ini, kebohongan Daryan bertambah.
"Bagus bukan? Apa cantik?"
"Bagus sekali. Tapi kenapa gak dilukis di kanvas saja?"
"Tapi ini proyek yang aku butuhkan. 'Proyek Digital' untuk pelukis."
"Wah, teknologi sungguh sangat canggih yah."
"Iya, Kak Daryan. Betul."
Mereka masih bicara dengan sangat seru.
-------------------------
Dani, teman Dokter Daryan kelihatannya terkejut karena mahasiswa yang ditangkap itu adalah adiknya sendiri. Dia langsung izin selama 3 jam untuk melihat adiknya yang berada di kantor polisi.
Dia terus berlari hingga sampai di kantor polisi. Dia langsung menemui adiknya yang sementara diinterogasi oleh polisi.
"Hei! Apa yang selama ini kamu lakukan? Kamu mendapat uang darimana?" kesal Dani pada adiknya sambil memegang pundak adiknya.
"Oh, kamu kakaknya?" tanya polisi yang menginterogasi adik Dani.
"Iya, Pak! Saya kakaknya. Memang apa yang telah dilakukan adikku sehingga dia seperti ini?"
"Jadi begini... Ini anak melakukan penipuan saat ingin mengambil uang di bank. Saat itu dia sudah memiliki rekening bank, namun bukan atas nama dia. Atas nama orang lain. Dan si korban datang ke bank dan mengeluh karena dia sama sekali tidak melakukan aktivitas tarik menarik uang, sampai akhirnya si korban menemukan pelaku pencurian identitas ini. Dan kita masih butuh proses untuk menginterogasi anak ini."
"Pak Polisi, saya sebagai kakak, tak pernah membimbing adikku seperti ini. Dan adikku bukan penipu. Dia orangnya baik, Pak!" seru Dani yang tak terima dengan penjelasan dari pak polisi.
"Tapi sudah jelas, adikmu ini sudah menipu. Korbannya sangat sakit hati karena dia melakukan apa yang tak seharusnya dia lakukan. Dan adikmu ini sudah menipu banyak orang dengan memakai identitas orang lain."
"Pak, boleh saya bicara dengan adik saya sebentar?"
"Tapi kami belum selesai interogasi..."
"Sebentar saja kok!"
Dani pun bicara dengan adik Dani secara empat mata. Mereka samgat serius bicara.
"Dek, bicara dengan jujur. Apa yang selama ini kamu lakukan? Kenapa kamu menipu? Kelakuanmu ini tidak hanya merugikan kakak dan korbannya, tapi dirimu sendiri. Jawab kakak!"
"Aku... Aku... Aku..."
"Jawab, Dek! Jawab!"
"Aku... hanya ingin jadi dokter itu. Impianku tak tercapai, aku ingin jadi dokter."
"Terus kenapa gak bilang sama kakak kalau mau jadi dokter? Kenapa harus pake cara nipu begini sih? Kenapa?"
"Aku... tidak kesampaian."
"Bohong kamu. Bohong. Mana ada kamu berkata seperti itu? Katakan yang sejujurnya."
Adik Dani hanya bisa diam menunggu jawaban yang akan keluar di mulutnya.
-------------------------
Dokter Daryan dan Daryan pun pulang ke rumah. Dan mereka dikejutkan dengan makanan yang sudah tersusun di atas meja. Mereka melihat makanan yang sangat enak buatan istri Dokter Daryan.
"Ayo makan!" sang istri mengajak mereka untuk makan.
Mereka pun akhirnya makan dan masing-masing mengambil nasi untuk mereka makan.
Keputusan Daryan sudah sangat bulat. Dia cepat-cepat mengambil kopernya beserta barang-barangnya di rumah Dokter Daryan. Karena berhubung semua orang di rumah Dokter Daryan ada di lantai 2, maka Daryan pun bisa leluasa untuk pergi secara diam-diam. Daryan mengambil semua barangnya karena dia diusir oleh Dokter Daryan. Sementara Dokter Daryan frustasi sendiri karena persoalan pencurian identitas. Dia tak tahu harus berbuat apa. Yang dia lakukan hanyalah frustasi. "Aku belum melepaskan dia dengan benar. Aku benci dia karena dia sudah mengakui bahwa dia telah mencuri identitasku. Tapi kenapa aku masih belum punya rasa kebencian terhadap dia ya? Oke, aku harus melepaskan dia dengan benar kali ini." gumam Dokter Daryan sambil melihat jam dinding di koridor rumah sakit, dan sekarang sudah jam 12. ------------------------- Daryan yang selama ini berjalan di trotoar nampak kebingungan karena dia tak tahu di mana dia akan tinggal? Terjebak di masa depan begini saja tidak ada cara untuk pulang. Memang kenapa harus teleport begini? Setelah itu, Daryan melihat ada yang begitu bersinar datang dari kejauhan. Apakah itu cahaya yang akan membawanya ke masa depan? "Apakah itu adalah jalanku untuk kembali ke tahun 2016?" Dia pun segera berlari dan ternyata benar, dia melihat lukisan dan bercahaya. Dia memejamkan mata dan merasakan sedikit gravitasi yang ada di tubuhnya. Perlahan dia ditarik untuk masuk. Namun sayang, dia tidak ditarik untuk masuk ke dalam lukisan itu tak lama setelah itu. Dan lukisan itu kembali seperti semula. Daryan kembali murung sambil berjalan di trotoar. ------------------------- Dokter Daryan sedang berada di toko buku. Dia ingin beli beberapa buku karena ada buku yang dia mau baca. Dia pun melihat buku yang berjudul "Smart Parenting" yang isinya bagaimana cara menjadi orang tua yang baik untuk anaknya. Serta membeli buku novel 2 buah. Dan hingga akhirnya Dokter Daryan melihat buku "Cinderella". Dia sedikit membacanya dan dia pun tersenyum licik. ------------------------- Daryan masih cemberut sepanjang jalan. Dia bingung di manakah dia akan tinggal sekarang? Tepat jam 12 siang, Daryan berada tepat di kafe langganannya. Berhubung dia masih memiliki cukup uang, dia pun masuk ke dalam dan membeli ice coffee. Dan tepat saat itu juga, Dokter Daryan ada di situ sedang mengerjakan sesuatu di laptopnya. Tetiba saatnya Daryan mengambil minuman pesanannya, Dokter Daryan melihat Daryan dan langsung memanggilnya. "Daryan, ayo sini!" Saat mendengar sebuah panggilan, betapa terkejutnya Daryan saat melihat Dokter Daryan ada di situ. Dia pun mengabaikan panggilan itu dengan rasa panik. "Hei! Ayo sini, ada yang harus kuberitahukan padamu." Dokter Daryan membujuk Daryan untuk segera bergabung bersamanya. Hingga akhirnya, Daryan pun merespon panggilan Dokter Daryan. "Apa lagi sih kak? Aku tuh muak tahu dipanggil seperti ini." kata Daryan dengan kesalnya. "Kenapa kamu begini, Dek?" Dokter Daryan mencoba memegang tangan Daryan, namun tangannya ditepis Daryan. "Tak perlu pegang-pegang. Aku tahu kok, kalau kakak ingin bohong padaku dengan pura-pura baik gini." "Tidak, aku tidak pura-pura. Aku ingin minta maaf padamu karena sudah berbuat kasar padamu. Masa aku harus mengusirmu seperti ini, Dek?" Entah badai apa yang menerpa Dokter Daryan sehingga baik seperti ini. Daryan hanya bisa melamun mendengar kata-kata yang dilontarkan oleh Dokter Daryan.
"Aku tahu kok semuanya. Kamu mencuri identitasku hanya karena tak mendapat perhatian, bukan? Tak apa kok. Aku sudah memaafkanmu." kata Dokter Daryan dengan sangat lembut. Ekspresi Daryan pun berubah karena pernyataan Dokter Daryan itu. "Hah? Apa kakak bilang tadi? Apa kakak sudah memaafkanku?" "Iya, kakak sungguh. Kita bersenang-senang saja kalau begitu. Kita ke supermarket, main ke mall, dan puncaknya ke pantai untuk bakar-bakar sate. Mau?" "I--Iya kak. Aku mau." Entah kenapa situasi mencekam begini tiba-tiba berubah menjadi situasi yang sangat bahagia. Apakah Dokter Daryan sakit? Kenapa dia bisa baik begini pada Daryan? ------------------------ Tanpa basa-basi, mereka memanfaatkan waktu 12 jam mereka untuk senang-senang. Mereka sangat senang bisa berbaikan kembali. Tapi mengherankan, kenapa bisa ya Dokter Daryan menjadi baik pada Daryan? -------------------------- Dani masih menunggu jawaban dari adiknya yang meminta jujur pada Dani apa yang dilakukan adiknya selama ini. "Aku... hanya ingin dapat uang, Kak. Aku berkata jujur." kata adik Dani diiringi tangisan yang keluar dari matanya. Tanpa berkata-kata, Dani pun segera memeluk adiknya yang menangis dan kemudian dia juga nangis. Mereka berdua menangis tersedu-sedu dan Dani pun berubah pikiran dan menjadi kasihan pada adiknya. Dokter Daryan masih bersama Daryan dan bersiap untuk pergi ke pantai untuk melihat bintang kelap kelip. "Gimana, Dek? Kamu senang?" "Iya, Kak. Aku senang." "Kalau begitu, kita sama-sama baca buku yang kubeli yuk." "Ayo, Kak! Langsung menuju pantai." -------------------------- Dani pun berbaik hati untuk memberikan uang pembebasan adiknya. Daripada di penjara, mending dibebaskan dengan membayar uang dan membuat surat perjanjian dari kantor kepolisian. Dani dan adiknya keluar dari kantor polisi dan adiknya sangat senang bisa bebas karena kakaknya. "Kak, makasih ya karena sudah membebaskanku." "Iya, tapi ini untuk kali ini saja yah. Jangan lakukan untuk kedua kalinya. Jika kamu begitu lagi, aku tak akan membebaskanmu lagi dan mengusirmu dari rumah." "Iya kak. Saya gak akan begitu lagi, kok." "Baik. Aku akan kasih kamu uang 200 ribu untuk makan. Kalau sudah makan langsung pulang ke rumah yah." Dani memberikan uang pada adiknya. "Makasih yah kak." Adiknya lalu pergi ke arah kanan untuk pulang, dan Dani kembali ke rumah sakit untuk jaga malam. --------------------------- Dokter Daryan dan Daryan makan spaghetti instan bersama sambil melihat kelap kelip bintang di alun-alun pantai. Dokter Daryan lalu tersenyum pada Daryan. "Kamu ganteng hari ini, Dek." puji Dokter Daryan dengan tersenyum. "Iya, kakak juga ganteng kok." "Aduh, kamu ini. Saya suka dipuji olehmu, Dek." "Aku juga, Kak. Kita sama-sama ganteng dan sama-sama atletis. Kuharap aku juga sama seperti kakak. Yang bisa menjadi kepala keluarga yang baik, ramah pada semua orang dan juga..." Tiba-tiba saja... "Sekarang sudah waktunya jam 12 malam. Waktu sudah habis. Teng." ujar Dokter Daryan sambil melihat jam di tangannya. Daryan bingung dengan perkataan Dokter Daryan. "Oh, gimana ya, Dek? Sihir Cinderella ternyata sudah hangus." Tiba-tiba, Dokter Daryan mulai berubah sikap. "Ini-- ini maksudnya apa, Kak?" tanya Daryan tak mengerti. "Sekarang semuanya sudah kembali pada kenyataan. Akting juga sudah selesai." Dokter Daryan lalu melempar buku Cinderella pada Daryan lalu Dokter Daryan pun berdiri dari tempat duduk. "Kamu tak paham juga? Itu tadi adalah kebohongan. 'Kamu gagah hari ini'? Astaga... Memang aku harus bilang begitu padamu?" Dokter Daryan pun mulai sinis sementara Daryan menatap heran dengan perubahan Dokter Daryan. "Bagaimana rasanya kamu ditipu oleh pujianku sendiri?" Karena tak mengerti, Daryan pun berdiri menghadap pada Dokter Daryan. "Tapi jangan merasa dianggap tidak adil. Kau telah dibohongi selama 12 jam, tapi aku dibohongi selama hampir 5 bulan." ucap Dokter Daryan dengan sinis. Dokter Daryan lalu melempar kartu pelajar Daryan hingga jatuh ke bawah. "Ambil saja kartu pelajarmu. Lagian aku udah ngerti kok kalau kamu selama ini menjadi pembohong dan mencuri identitas orang lain. Jujur, aku muak sama anak remaja sepertimu. Lagian kamu anak desa yang tak tahu apa-apa." Tanpa peduli melihat Daryan yang sudah berkaca-kaca, Dokter Daryan masih saja membully Daryan. "Dan juga, aku harus jaga malam di RS sebentar. Sebentar aku harus jemput istriku karena dia juga punya tugas jaga malam di RS. Terserah kamu ingin tidur di mana, yang penting aku tak peduli." "Kakak ternyata membenciku." ujar Daryan dalam hati. "Kau juga tahu, kan? Aku sudah muak dengan kelakuanmu." "Kakak, sudah membenciku. Dia tak peduli padaku lagi. Dia sudah meninggalkanku. Sama seperti Ayah dan Ibu yang pergi dari rumah meninggalkanku sendirian." Lagi-lagi, Daryan bergumam dalam hatinya. "Kurasa aku tak akan menemuimu lagi, Daryan." ucap Dokter Daryan sambil berlalu pergi. Dokter Daryan pun menjauh dari Daryan dan sebelum itu dia berbalik melihat Daryan dengan sinis. Sementara Daryan sendiri hanya bisa berkaca-kaca menerima semua ini. Akankah mereka bisa membalikkan keadaan ini menjadi lebih baik? BERSAMBUNG
Episode Selanjutnya : The Shine Future
* * *
Episode 8 akan tayang tanggal 3 Juni. Jika tak ada updatean di blog, maka ceritanya di update di FB. Silakan ke postingan [Trivia] jika ingin melihat kontak FB saya. Terima kasih^^
Makasih yah, Kak Pical ^^ Jangan lupa update-anku di blog, diupdate juga di blognya kak Pical ^^
BalasHapus