Episode Sebelumnya : Father Story
Youth Story
***
Jam 6 pagi, saatnya buat Daryan untuk bangun. Matahari dan angin segar di pagi hari menyambut Daryan untuk bersiap ke sekolah. Karena orang tua Daryan sangat sibuk, Daryan hanya ditinggalkan uang jajan senilai 100 ribu dan sarapan pagi berupa nasi goreng telur ceplok.
Daryan adalah seorang siswa SMA kelas 2 berumur 17 tahun. Hobinya yaitu melukis. Karena bakat melukisnya itu, dia selalu panen piala. Dia sangat pintar melukis sehingga banyak karya yang dihasilkannya. Salah satu karyanya pernah dipajang di museum. Karyanya yaitu tentang "Teknologi Masa Depan".
Setelah sarapan, Daryan bersiap ke sekolah dengan naik busway. Takut kepenuhan, Daryan harus berlari kewalahan hingga sampai di halte bus.
Tapi untunglah Daryan tepat waktu. Dia pun naik bis dan membayar uang bis pada petugas.
Untunglah dia bisa naik bis tanpa harus berdesakan dengan yang lain.
Dia pun turun di halte selanjutnya, tepatnya di dekat sekolah.
Pelajaran hari ini adalah pelajaran Biologi, Kimia, Seni Rupa, dan Bahasa Indonesia. Nilai Seni Rupa Daryan tinggi sehingga membuat Seni Rupa menjadi pelajaran favorit Daryan.
-----------------------
Jam pelajaran Seni Rupa pun dimulai. Semua murid sudah mengeluarkan alat lukis mereka, termasuk Daryan. Tak berapa lama, guru bidang studi pun masuk.
"Selamat pagi, anak-anak." sapa guru Seni Rupa pada murid-murid.
"Selamat pagi, Bu!" jawab murid-murid dengan serentak.
"Apa kalian sudah membawa alat-alat yang Ibu suruh?"
"Iya, Bu!"
"Oke, sekarang kalian harus menggambar... ini." terang Bu Guru sambil menulis sesuatu di papan tulis.
Guru Seni Rupa meminta buat para murid untuk melukis bagaimana masa depan menurut pemikiran murid-murid. Guru Seni Rupa meminta untuk melukisnya sampai jam pulang. Untuk pelajaran berikutnya, kayaknya gurunya tidak masuk karena cuti jadi jam pelajaran Seni Rupa dilaksanakan sampai pulang.
Semua murid berjalan menuju ruangan Seni untuk melukis. Karena ruangan Seni yang hanya ditampung 15 orang, jadi sebagiannya akan masuk pada jam Bahasa Indonesia yang diganti jadi Seni Rupa.
Beruntung Daryan berada di gelombang pertama sehingga dia bisa leluasa melukis.
Mula-mula Daryan melukis pemandangan yang relatif biru-biru. Dan dia memikirkan bagaimana masa depan itu?
Dia melukis dengan obyek yang dipikirkan Daryan. Dia terus melukis sampai masuk jam istirahat. Daryan melihat lukisan itu masih setengah dibuat.
Murid yang melukis pada jam gelombang pertama diharuskan untuk keluar dari ruang seni. Daryan pun keluar dengan membawa alat lukis. Sementara hasil melukisnya ditaruh di ruang seni.
Entah apakah ingin dilanjutkan di mana, yang jelas bu guru seni berkata bahwa hasil lukis bisa ditaruh di ruang seni atau dibawa pulang untuk dilanjutkan di rumah. Daryan pun tetap memilih untuk dilanjutkan di sekolah saja pada jam Seni Rupa berikutnya.
Para murid yang sudah melukis disuruh untuk pulang ke rumah. Para murid pun pulang, sementara Daryan masih tinggal di sekolah. Lho, buat apa tinggal di sekolah?
Daryan ternyata ingin melanjutkan hasil melukisnya itu yang setengah jadi. Berhubung karena besok ada jam Seni Rupa, jadi dia ingin lanjutkan di sekolah setelah sekolah dalam keadaan kosong.
--------------------
Setelah dalam keadaan kosong, Daryan pun masuk di ruang seni untuk melanjutkan kembali hasil melukisnya itu. Tujuannya adalah supaya dia mendapat nilai yang tinggi saat jam Seni Rupa besok.
Daryan kembali membawa alat lukisnya dan membukanya. Dia mengisi cat dan kuas bekerja di tangannya, dia pun kembali melukis.
Setelah 2 jam melukis dengan keringat mengucur di kening, akhirnya lukisannya sudah jadi. Dia pun memasukkan kembali alat lukisnya ke dalam tas-nya.
Namun ajaib, tiba-tiba saja lukisan itu mengeluarkan cahaya yang sangat bersinar. Cahaya itu sangat menyilaukan. Selain menyilaukan, cahaya itu mengeluarkan gravitasi sehingga membuat hal-hal di sekitarnya ditarik masuk dalam kanvas itu, termasuk Daryan. Mulanya Daryan berpegangan agar tidak ingin masuk ke dalamnya, namun karena gravitasi sangatlah kuat, akhirnya Daryan ditarik masuk dalam kanvas yang bersinar itu.
---------------------
Dia terlempar ke alam lain. Entah alam apa tempat dia berada. Yang jelas, sama dengan masanya yang sekarang.
Iya, memang mirip, tapi teknologi-lah yang membuatnya jadi berbeda. Drive Thru, Restoran, Busway, Smartphone, iPhone, dan yang lainnya semuanya berbeda.
Daryan tak tahu dia di mana dia sekarang, tapi dia hanya tahu permasalahan antara orang tua Daryan.
-=Flashback=-
Sehari sebelum dia terlempar ke alam lain, Daryan minta pada orang tuanya untuk mengambil tabungan masa depan Daryan. Tapi orang tua Daryan protes karena itu akan dipakai pada saat umur 18 tahun. Namun Daryan tetap saja menyangkal dan memaksa orang tuanya untuk mengambil tabungannya yang dititipkan oleh orang tuanya.
"Ibu, sekali ini saja, Daryan ingin tabungan itu." Daryan memohon.
"Tetap saja tak bisa, Nak. Ini tabungan untuk kuliah kamu, Nak. Tidak bisa diambil."
"Tapi bu, Daryan hanya pakai sedikit saja kok, Daryan hanya ingin bayar uang sekolah bu."
"Tetap saja tak bisa, Nak!" Ibu-nya tiba-tiba naik darah.
"Kalau misal Ibu tidak memenuhi permintaan Daryan, maka Daryan akan melarikan diri."
"Jangan, Nak. Jangan melarikan diri."
Tapi tiba-tiba, Ayahnya kesal dengan perbuatan Daryan.
"Buat apa kau melarikan diri? Memang kau mau jadi pengemis, hah?!" kesal Ayahnya.
"Tidak kok, Yah. Daryan hanya minta sedikit uang tabungan itu. Kumohon, untuk keperluan sekolah." Daryan kembali memohon.
Karena permohonan Daryan yang terkesan memaksa, maka akhirnya orang tuanya memberikan tabungan itu pada Daryan.
"Tapi ingat, jangan ambil banyak-banyak. Ayah akan pantau lewat hp, seberapa besar kau ambil uang di ATM."
"Baik, Ayah."
---------------------
Daryan pun pergi ke ATM center untuk menarik uang tabungannya. Sebelumnya dia melihat saldonya terlebih dulu, dan ternyata saldonya banyak sekali, sekitaran 3 juta lebih. Tapi dia ingat akan saran Ayahnya. Uang jangan diambil banyak-banyak. Cukup dengan keperluan saja. Jangan juga ambil 1 juta, karena akan berpengaruh bagi tabungan Daryan.
Maka dengan luluh hati, Daryan menarik uang 100 ribu dari tabungannya itu. Tapi tiba-tiba, Daryan merasa kelaparan dan ingin makan. Bukannya ingin mengubah nominalnya, tapi Daryan malah menambah angka nol di belakangnya sehingga menjadi 1 juta rupiah. Lupa akan pesan Ayahnya, Daryan langsung menarik uangnya 1 juta di tabungan. Tanpa merasa sadar sekalipun, Daryan langsung mengambil uang 1 juta itu.
Setelah ke ATM center, Daryan singgah di sebuah kafe untuk makan. Dia memesan 1 ice coffee, dan 1 nasi goreng pedas.
Sambil menunggu pesanan, ada sms masuk di hp Daryan. Daryan menebak pasti dari orang tuanya. Dan benar saja, itu dari orang tuanya. Dia tidak membaca sms dari orang tuanya karena mungkin itu isinya adalah teguran dari Ayahnya.
Pesanan datang dan Daryan langsung melahap makanannya itu.
Setelah makan, Daryan masih saja tidak ingin membaca sms-nya itu padahal sudah 5 sms yang masuk di hp Daryan. Dan akhirnya dengan terpaksa, Daryan pun membaca sms itu. Ayahnya ternyata sangat kesal karena telah mengurangi uang tabungan Daryan. Padahal itu hanya untuk keperluan sekolah, masa ambil 1 juta?
Daryan biasa-biasa saja membaca sms itu dan pulang dengan beraninya.
Setelah sampai di rumah, Daryan sempat ragu-ragu untuk masuk. Tapi dengan berani, dia pun masuk dalam rumah tanpa memperhatikan situasi yang akan terjadi.
Tapi setelah masuk dalam rumah, tidak terjadi apa-apa. Dia hanya melihat makanan dan minuman di meja makan berupa semangkuk bakso dan minuman. Bukannya dimarahi, tapi dia hanya disimpankan makanan.
Yah Daryan akhirnya makan lagi. Sambil makan, dia melihat sepucuk surat ada terselip di mangkuk.
Dia membaca surat itu dan berkata bahwa Ayah-nya awalnya marah karena Daryan sudah mengambil tabungan yang relatif besar. Tapi karena umur Daryan yang sudah 17 tahun, kebutuhan Daryan pasti sangat banyak. Jadi maklumlah kalau ambil satu juta. Tabungan itu, Daryan saja yang pegang.
---------------------
Setelah Daryan membaca surat itu, ternyata orang tuanya juga sadar karena Daryan sudah tumbuh dewasa. Apalagi bakat Daryan yang melukis, membuat Daryan semakin ingin membanggakan orang tuanya.
Tapi yang jadi pertanyaan ke mana orang tua Daryan? Daryan cek di kamar orang tuanya, ternyata tidak ada. Daryan heran karena tidak ada surat atau pemberitahuan ke mana orang tuanya pergi?
Bahkan saat di pagi hari, dia hanya disimpankan nasi goreng telur ceplok dan uang 100 ribu.
-=Flashback End=-
Kembali pada Daryan yang terlempar ke alam lain. Dia mencoba untuk berkeliling, dan sampai akhirnya dia menemukan koran baru yang tergeletak di trotoar. Dia membaca koran itu dan menemukan tanggal bahwa tanggal hari ini adalah tanggal 7 Maret 2031.
Dia begitu terkejut karena dia sekarang berada di masa depan. Dia tak tahu harus bagaimana dan tak tahu bagaimana caranya supaya bisa pulang.
Daryan terkejut ternyata dia berada di masa depan. Entah dengan cara apa dia langsung masuk ke sini.
----------------------
Tiba-tiba, Daryan kebelet ingin buang air kecil, tapi tak tahu harus di mana ingin pipis. Dia pun menemukan sebuah rumah sakit besar dan mewah, dan cocok sekali karena berdekatan dengan tempat Daryan sekarang ini.
Tanpa berlama-lama, Daryan pun masuk ke rumah sakit itu dan mencari toilet.
Setelah buang air kecil, Daryan merasa lega karena sudah tidak kebelet lagi. Tiba-tiba saja, Daryan menyenggol seorang dokter ganteng dan membuat barang-barang dokter itu jatuh semua.
"Maafkan saya, Dok. Maafkan saya." Daryan mencoba minta maaf pada dokter itu.
"Iya, tak apa-apa kok." Dokter itu menerima permohonan maaf Daryan.
Setelah semua barang sudah diambil, dokter itupun langsung lari terburu-buru dan sadar bahwa papan namanya tertinggal.
Daryan segera mengambil papan nama itu. Dan ternyata dia juga kaget, karena nama yang tertera di papan nama milik dokter itu rupanya sama dengan nama Daryan. Nama lengkap sama, namun sudah bergelar dokter.
Daryan sempat tak percaya bahwa dokter itu memiliki nama lengkap yang sama dengan dirinya.
Daryan pun mencoba ingin mengembalikan kartu nama itu.
Daryan mengembalikan kartu nama itu ke dokter itu di ruangan dokter muda. Dan dokter itu berterima kasih pada Daryan.
---------------------
Jam makan siang sudah masuk, semua pegawai, dokter dan semua kompenen yang ada di rumah sakit ini berbondong-bondong pergi ke kantin rumah sakit untuk makan siang.
Daryan juga ikut untuk makan. Dia mengambil nasi, sup, dan ayam goreng. Tapi tiba-tiba saja, sup Daryan tumpah ke jas dokter ganteng yang tadi. Daryan panik dan segera minta maaf pada dokter itu.
"Oh, maafkan saya, Dok. Maafkan saya." Daryan minta maaf lagi karena kejadian ini.
"Tak apa kok. Kamu bukannya yang mengembalikan papan nama saya, 'kan?"
"Iya, Dok. Maaf sekali lagi." kata Daryan sambil pergi membawa kembali makanannya.
Daryan hanya bisa pasrah melihat semua ini. Daryan melihat dokter ganteng itu sedang ngobrol dengan teman sesama dokternya. Dia tidak menyangka bahwa Daryan yang hanya bisa melukis ini bisa jadi dokter. Mungkinkah itu jalan yang terbaik buat Daryan?
----------------------
Setelah Daryan makan dan menunggu hingga pekerjaan dokter itu selesai, akhirnya Daryan memanggil dokter itu dan mencoba untuk bicara empat mata dengannya.
---------------------
Daryan dan dokter ganteng itu bicara di taman. Mereka hanya bicara 10 menit saja karena Dokter itu ingin menjemput istrinya.
Daryan tidak mudah menyerah dan segera menghampiri Dokter itu dan meminta nomor hp-nya.
Lalu setelah itu karena rasa penasaran, Daryan pun mengikuti mobil dokter itu dengan naik taksi.
Daryan harus rela membayar lebih untuk supir taksi itu hanya untuk mengikuti dokter itu.
Dokter itu sempat menjemput istrinya di depan rumah sakit. Tapi tampaknya dia sedang menelepon, di mana pula Daryan tak tahu apa yang dibicarakan oleh dokter itu. Daryan melihat dokter itu dalam keadaan kecewa masuk ke mobilnya kembali dan pergi meninggalkan rumah sakit itu.
Daryan masih mengikuti mobil dokter itu dan sampai akhirnya dia singgah di sebuah minimarket. Rupanya dokter itu sedang membeli sesuatu.
Akhirnya Daryan turun dari taksi dan membayar uang lebih pada supir taksi itu.
--------------------
Daryan masuk ke dalam minimarket itu hanya sekadar belanja. Daryan harus menutupi mukanya agar tidak dilihat oleh dokter itu. Rupanya dokter itu banyak sekali barang yang dibelinya. Termasuk makanan beku juga dan minuman.
Setelah dokter itu membayar semua belanjaannya, Daryan juga buru-buru ingin membayar minumannya di kasir.
Setelah itu, dia melihat dokter itu kembali ke mobilnya namun dia mencegah dokter itu masuk dalam mobil.
"Lho, kau lagi? Ada apa lagi sih?" tanya dokter itu yang tiba-tiba terkejut dengan kedatanganku.
"Dok, aku ingin mengatakan sesuatu pada Dokter."
"Apaan?"
"Dokter, apa Dokter suka melukis? Apa Dokter pernah mendapat prestasi karena melukis?" tanya Daryan dengan menebak.
"Iya, saya suka melukis. Kenapa kau tahu itu?" ujar dokter itu dengan gugup.
"Aku melihatnya di Internet bahwa ada anak remaja yang juga pintar melukis, namanya juga Daryan sama seperti pak Dokter."
"Daryan itu 'kan saya. Tidak ada lagi yang namanya Daryan selain saya." Dokter itu mencoba meyakinkan.
"Ada lagi yang namanya Daryan. Dia suka melukis juga, sama seperti Dokter."
"Siapa itu?"
"Daryan itu adalah... Saya!" seru Daryan dengan berani.
Dokter itu terkejut rupanya ada anak remaja yang suka melukis, dan nama juga sama.
"Jadi, namamu Daryan? Sungguh?" tanya dokter itu tidak percaya.
"Iya, namaku Daryan. Coba lihat, papan namaku yang aku pakai di sekolahan." Daryan memberikan papan nama-nya yang dipakai di sekolah pada dokter itu.
Rupanya dokter itu sungguh tidak percaya bisa bertemu dengan orang yang namanya sama.
"Jadi, kau mau apa?"
"Aku ingin Dokter kerja sama denganku untuk melukis. Kita boleh beda profesi, tapi kita harus bekerja sama. Bagaimana?"
"Hmm, oke. Setuju. Aku terima kerja samamu."
Dokter Daryan pun menyetujui kerja sama Daryan dan Daryan tinggal di rumah dokter Daryan, dan Daryan juga tidak keberatan bisa bertemu dengan dirinya yang dewasa walaupun Dokter Daryan tidak tahu bahwa di hadapannya adalah dirinya yang remaja.
BERSAMBUNG
Episode Selanjutnya : First Meeting
Episode Selanjutnya : First Meeting
Tidak ada komentar:
Posting Komentar