Sabtu, 28 Mei 2016

[Cerbung] Future Dad - Episode 3


Episode Sebelumnya : Youth Story

First Meeting

* * *

Daryan masih mengikuti Dokter Daryan yang kebingungan karena Daryan sendiri.

"Kenapa bingung, Dok?" tanya Daryan yang melihat Dokter Daryan kebingungan.

"Aku tak paham, Daryan. Kok kamu bisa mempunyai nama yang sama denganku? Apa memang kita ditakdirkan untuk bertemu?"

"Tidaklah, Dok. Kan semua nama panggilan sama. Jadi wajarlah ketemu dengan dokter." Daryan mencoba meyakinkan.

"Memang kamu suka melukis?" Kata Dokter Daryan yang meyakinkan Daryan.

"Iya, bahkan satu hasil lukisanku pernah dipajang di museum dan aku diakui sebagai pelukis muda."

"Begitukah? Dokter dulu juga begitu. Hebat kamu yah." puji Dokter Daryan karena penjelasan Daryan.

"Oh ya, ngomong-ngomong kamu dari mana? Kenapa kamu tiba-tiba ingin membuatku bekerja sama dan saling akrab padamu?" tanyanya kembali.

"Aku adalah seorang pelukis dari luar kota. Tepatnya di kota Surabaya. Aku tinggal di sana, tapi aku merantau ke kota Jakarta dan melihat pelukis dengan nama yang sama. Ya, itulah Dokter."

"Terus kenapa kamu ingin tinggal di rumahku?"

"Aku memiliki proyek untuk melukis namun tidak ada teman untuk membantu proyek ini, jadi aku membutuhkan bantuan Dokter."

"Oo, jadi karena proyek kamu ingin butuh bantuan saya?"

"Iya! Betul itu, Dok. Aku sangat kesusahan dalam mengerjakan proyek ini, jadi kuminta pada Dokter untuk kerja sama mengerjakan proyek ini. Boleh ya?" Daryan memasang muka pengharapan.

Dokter Daryan pun memikirkan dan akhirnya...

"Oke, aku menerimamu dan bersiap untuk kerja proyek ini bersamamu."

Dokter Daryan pun menerima Daryan untuk tinggal di rumahnya karena mengingat Daryan adalah perantau dan dia tidak memiliki tempat tinggal dan kesusahan untuk nginap di hotel.

------------------------

Dokter Daryan menyuruh Daryan untuk pulang sendiri karena ada urusan lagi yang harus diselesaikan. Jadinya Daryan diberikan kunci rumah oleh Dokter Daryan. Lalu Dokter memberikan uang banyak pada Daryan untuk pulang naik bis.

------------------------

Dokter Daryan sengaja melakukan ini karena dia harus fokus pada acara syukuran 7 bulanan istrinya. Dia tidak boleh diganggu pada siapapun dan acaranya juga berhubung sebentar, jadi dia harus bersiap-siap.

Dokter Daryan menunggu istrinya keluar dari rumah sakit tempat istrinya bekerja. Dan akhirnya keluarlah istrinya yang sedang hamil. Karena melihat istrinya kewalahan berjalan, maka Dokter Daryan pun membantu istrinya untuk berjalan sampai di dalam mobil.

"Kamu tak apa-apa, sayang?"

"Iya, Mas. Saya tidak apa-apa. Lagian usia kehamilan saya udah hampir 8 bulan. Setidaknya kita harus selenggarakan acara syukuran 7 bulanan hari ini. Apa bisa dilakukan hari ini, Mas?"

"Iya, sayang. Bisa kok. Semua sudah siap di rumah."

"Oh ya? Kalau gitu, kita langsung pulang yah, Mas."

"Baik."

----------------------

Sementara Daryan naik bis terbaru dan fasilitas yang terbaru. Tidak disangka, masa depan ternyata begitu enak karena semua sudah memadai. Tidak ada pengamen, tidak ada pedagang keliling, atau apapun hal yang mengganggu kenyamanan penumpang semua sudah tidak ada. Daryan seakan-akan naik pesawat. Nyaman, aman, kursi empuk, fasilitas toilet, pelayanan makan, semua sudah termasuk di fasilitas bis yang dinaiki Daryan. Daryan seakan-akan tidak ingin turun dari bis ini karena bis ini sangatlah nyaman.

Akhirnya, halte tujuan Daryan sudah sampai. Daryan sampai kecewa karena hanya sampai di sini saja dia naik bis nyaman ini.

Ingatan Daryan pun terekam. Daryan ingat halte bis yang turun di sini. Ini adalah halte bis menuju sekolah. Dia ingat saat dia buru-buru naik bis dan menunggu bis di halte ini. Karena dia ingat halte bis, maka dia pun ingat dengan rumahnya.

---------------------

Daryan pun menelusuri jalan ke jalan menuju rumahnya. Dia ingat lokasi rumahnya, cuman jalannya yang berbeda. Daryan sempat bingung dan hampir tersesat, sampai akhirnya dia menemukan rumahnya. Rumahnya sangatlah hening, tak ada orang. Bukankah ini rumah Dokter Daryan? Kok hening begini?

Daryan mencoba memberi salam, tapi tak ada satupun yang menjawab Daryan. Kunci yang dititipkan oleh Dokter Daryan masih ada di tangan Daryan. Maka, dia pun mencoba untuk membuka pintu dengan kuncinya. Tapi tiba-tiba, rumahnya terbuka tak dikunci. Daryan sempat heran melihat ini, namun akhirnya Daryan masuk juga.

---------------------

Daryan masuk di dalam rumahnya dan mendapati prasmanan yang ada di dalam.

"Lho, ini acara apa? Kok pake prasmanan segala?" gumam Daryan yang heran melihat isi rumahnya.

Daryan juga melihat aksesoris-aksesoris, tempat air minum, dan segala hal-hal yang berhubungan dengan acara. Daryan semakin bingung, apa ada acara di rumahnya?

Dokter Daryan dan istrinya masih berada di jalan menuju rumah orang tua Daryan.

"Bagaimana persiapan di sana, Mas?"

"Yah, semuanya sudah siap. Tinggal orang-orangnya yang belum datang."

Dokter Daryan akhirnya teringat dengan Daryan yang menitipkan kunci rumahnya ke dia. Dokter Daryan sempat lupa tidak memberitahu alamat rumahnya. Dia panik dan segera menelepon Daryan dengan headset-nya.

----------------------

Daryan makin kebingungan karena acara yang tak diketahui di rumah orang tuanya. Tak berapa lama, ponsel Daryan berbunyi. Dia melihat telepon masuk tanpa nama. Kira-kira siapa yang menelepon Daryan? Akhirnya, dia pun mengangkat teleponnya.

"Halo?" sapa Daryan pada teleponnya sambil merinding ketakutan.

"Halo? Kamu di mana sekarang? Ini aku, Daryan." kata Dokter Daryan panik.

"Oh, Dokter? Betulkah ini rumah Dokter? Kok pake acara segala?"

Karena takut di dengar oleh istrinya, maka Dokter Daryan ingin ke minimarket sebentar.

"Sayang, ada yang ingin aku beli. Tunggu sebentar yah."

"Iya."

Setelah turun dari mobil, Dokter Daryan kembali melanjutkan pembicaraanya pada Daryan.

"Apanya yang pake acara?" tanya Dokter Daryan bingung.

"Itu, ada prasmanan dan mangkuk es buah. Apa benar ini rumahnya Dokter?"

"Aduh, itu bukan rumah saya. Itu rumah orang tua saya." jelas Dokter Daryan sambil menadahkan kepalanya ke tangannya karena gelisah.

Dan sejenak, Daryan kaget bahwa memang ini rumah orang tua Daryan dan dia dengar bahwa Dokter Daryan memakai kata 'saya'. Itu berarti ini rumah orang tua Daryan dan juga rumah orang tua Dokter Daryan, dan sudah jelas bahwa Dokter Daryan adalah dirinya yang dewasa.

"Ini aku bersama dengan istriku sekarang, jadi kamu keluar dulu ke rumah itu dan aku kasih tahu alamatku. Bagaimana?" tawar Dokter Daryan sambil masuk ke minimarket dan mengambil barang yang dibelanjakan.

"Oke, aku tunggu di mana, Dok?"

"Kamu tunggu di halte bis dekat rumah, nanti aku kasih tahu alamatku."

"Baik, Dok. Aku tunggu."

Daryan pun segera pergi dari rumah orang tuanya dan pergi lagi ke halte bis tadi. Sementara Dokter Daryan dan istrinya langsung pergi menuju rumah orang tuanya.

---------------------

Setelah sampai, Daryan pun menunggu Dokter Daryan di halte bis. Dan tak berapa lama, mobil Dokter Daryan pun muncul dan langsung memarkirkan mobilnya di samping depan halte bis.

"Lho, Dokter? Bukannya Dokter sama istri? Mana istrinya, Dok?"

"Istriku sekarang ada di rumah orang tuaku. Dan berhubung pula orang tuaku sudah sampai dan kutitipkan istriku di situ untuk sementara. Lagian juga aku ingin ambil sesuatu di rumahku."

"Ooh. Tapi rumah Dokter di mana?"

"Agak jauh dari sini, nanti aku tunjukkan. Ayo naik ke mobil." ujarnya sambil mengajak Daryan naik ke mobilnya.

Daryan dan Dokter Daryan pun berangkat menuju rumah Dokter.

Agak jauh sih rumahnya, mungkin sekitaran 1 jam lebih dari halte bis. Sampai-sampai Daryan bosan sambil menadah dagunya.

"Kamu kenapa, Daryan?" tanya Dokter Daryan yang melihat Daryan bosan.

"Tak tahu, Dok. Kok bisa rumah sejauh itu?" tanya Daryan sedikit kesal.

"Lha, kan jarak rumahku ke tempat kerja agak sebentar, cuman 30 menit. Kalau ke rumah orang tua, butuh waktu satu jam."

"Jadi, masih jauh ya?"

"Tidak kok, ini kita sebentar lagi sampai. Kamu jangan bosan-bosan gitu, setelah acara 7 bulanan istriku, kita perkenalkan diri masing-masing. Kan kamu bilang kalau kamu ingin kita bisa saling akrab sama-sama."

"Iya juga sih, tapi apa Dokter punya satu kamar kosong?"

"Ada satu. Itu adalah ruang belajarku. Di kamar itulah biasanya aku belajar. Tapi karena ada kamu, jadinya itu kamar kamu saja. Tenang kok, ada tempat tidurnya juga dan jika kamu tidak punya baju, banyak kok baju yang tersedia di rumahku. Tapi, kenapa kamu tidak bawa baju? Apa kamu sengaja tidak bawa koper atau gimana?"

"Ngggg.... Aku memang sengaja gak bawa baju sih karena aku butuh orang untuk bekerja sama dalam proyek ini dan kebetulan bertemu dengan Dokter."

"Ooh, begitu. Tenang kok, ada banyak baju di lemari baju kamarku. Nanti aku taruh semua di kamar yang akan kau tempatkan nanti."

"Baik, Dok."

--------------------

Selang tak berapa lama, akhirnya mereka sampai di rumah Dokter Daryan. Daryan terkejut melihat rumah Dokter yang bagaikan istana.

"I..Ini istana atau rumah, Dok?" ucapnya terbelalak.

"Yah, rumahlah. Memang kalau dilihat kayak istana tapi jika dlihat di dalam, kamu akan lebih terbelalak lagi."

"Sungguh?"

"Iya, sungguh."

Dokter Daryan mengajak Daryan ikut masuk ke dalam rumahnya dan benar saja, rumah Dokter Daryan sangatlah bagus.

Dokter Daryan pun menyuruh Daryan untuk masuk ke kamar barunya dan melihat kamar baru Daryan juga sangatlah bagus. Semuanya tertata rapi dan tak ada sedikit kotoran yang tertinggal.

"Hebat yah, Dok. Sangat hebat."

"Bagus, kan? Kamu pasti akan nyaman bila tinggal di sini."

"Iya, betul Dok."

"Oh iya, lebih baik kamu senang-senang dulu di sini yah, saya ingin pergi ke rumah orang tuaku dulu untuk acara 7 bulanan istriku."

Dokter Daryan pun meninggalkan Daryan sendirian dan langsung menuju ke rumah orang tuanya.

Dokter Daryan pun sudah sampai di rumah orang tuanya dan tampak sudah banyak orang yang datang ke acara 7 bulanan istrinya, termasuk teman-teman sesama dokter, dan yang lainnya.

Semua komponen acara sudah siap, termasuk orang tua Daryan dan orang tua istrinya juga sudah siap.

Acara pun dimulai. Diawali dengan pembukaan, lalu acara sungkeman pada orang tua dan kakek-nenek Daryan, lalu masuk pada acara siraman, lalu ke acara potong tumpeng untuk kebaikan calon bayi nantinya.

Setelah acara utama selesai, dan akhirnya sudah sampai pada acara ramah tamah. Pada acara ramah tamah ini, tiba-tiba saja ada karangan bunga cantik berwarna pink masuk ke dalam rumah. Ternyata, temannya-lah yang membawa karangan bunga cantik ini. Dia juga memberikan Dokter Daryan boneka yang sangat cantik pula.

"Aduh, kan anakku bukan perempuan."

"Tapi setidaknya terima ini sebagai hadiah. Kan istrimu akan melahirkan, bukan?"

"Iya, mungkin sekitaran 6-8 minggu lagi akan melahirkan. Doain aja supaya semuanya lancar. Ya?" ujar Dokter Daryan diiringi dengan senyumannya yang tampak bagus.

"Iya deh, akan aku doain semoga kalian bisa menjadi orang tua baik bagi bayi kalian."

"Amin!" seru Dokter Daryan yang begitu senangnya.

----------------------

Setelah acara 7 bulanan itu, Dokter Daryan beserta dengan istri sudah kenal dengan Daryan. Yang Dokter tahu bahwa Daryan hanyalah perantau dan ingin selesaikan proyek dengan membutuhkan bantuan seseorang.

----------------------

Setelah 8 minggu, akhirnya istri Dokter Daryan akan melahirkan. Dokter Daryan beserta dengan Daryan menunggu di depan ruang bersalin. Dokter Daryan sempat gugup dan harap-harap cemas dengan bayinya itu. Dokter Daryan hanya berharap semoga ibu dan bayinya bisa sehat-sehat setelah melahirkan. Dan akhirnya, terdengarlah suara tangisan bayi dari dalam ruang bersalin. Dokter Daryan langsung sujud syukur karena bayinya sudah lahir.

"Bapak Daryan, dipersilakan masuk." Suster menyuruh Dokter Daryan untuk masuk.

Rasa bahagia pun muncul dari Dokter Daryan karena bayinya sudah lahir.

"Selamat, Bapak. Anda telah menjadi seorang Ayah. Dan alhamdulillah semua berjalan dengan lancar dan bayi Anda dan istri Anda juga sehat wal'afiat. Silakan digendong bayinya, Pak." Dokter menyuruh Dokter Daryan untuk menggendong bayinya.

Air mata Dokter Daryan pun tak terbendung lagi ketika melihat bayinya sudah ada di dunia ini.

"Nak, ini Ayah. Kuharap kamu bisa sehat-sehat, Nak." Itulah yang diucapkan Dokter Daryan kemudian diiringi oleh suara lafadz adzan dari Dokter Daryan untuk bayinya.

Di luar ruang bersalin, Daryan juga terharu melihat suasana ini. Dan tentunya Daryan senang karena dirinya yang dewasa sudah punya anak dan menjadi Ayah.


BERSAMBUNG


Episode Selanjutnya : The Harmony of Daryan




Tidak ada komentar:

Posting Komentar