Minggu, 03 Juli 2016

[Cerpen] Menjadi Ayah Sebelum Mudik


Hari ini, tanggal 21 Juni 2016. Harry, kepala staf di bidang tata usaha, mendapatkan gaji terlebih dulu dari jadwal yang seharusnya. Karena Harry sedang menjaga istrinya yang tengah hamil 9 bulan yang bernama Fika.

Di suatu pagi, Harry pergi bekerja dengan membawa mobil-nya. Walaupun ini bulan Ramadhan, tapi Harry tetap bekerja selama bulan Ramadhan. Harry sangat handal dalam mengabsensi masuk kerja, dan juga tepat waktu dalam bekerja. Harry pun masuk dalam ruangan khusus kepala staf. Dan Harry sudah dihadapkan dengan beberapa penandatangan dokumen hari ini. Sebagai kepala staf, Harry harus menandatangani semua dokumen-dokumen ini.

Lalu tiba-tiba, ada seseorang yang mengetuk pintu, dan Harry pun mempersilakan masuk orang yang mengetuk pintu-nya.

“Iya, masuk!”

Rupanya orang yang masuk itu ternyata adalah temannya sendiri yang bernama Yudha.

“Eh, Harry. Mudik-nya kapan? Kan kau ada rencana mudik tahun ini.” ujar Yudha sedikit menggoda Harry.

“Kan istriku sedang hamil. Tahu-tahu nanti air ketubannya akan pecah lagi, jadi aku harus membawanya ke rumah sakit.”

“Terus, mudik kapan?”

“Kurasa aku tidak jadi mudik tahun ini, karena istriku akan melahirkan. Tahu-tahu juga, nanti istriku akan melahirkan menjelang Lebaran, jadi nanti tak ada persiapan untuk mudik.”

“Lalu, perkiraan Dokter kapan?”

“Perkiraan Dokter sih sekitaran 2 minggu lagi. Nah ini baru tanggal 21. Nanti 2 minggu ke depan, udah hari raya. Jadi, pilihanku sudah bulat. Tak bisa mudik tahun ini.”

 “Ooh, ya sudah. Nih, ada beberapa dokumen yang harus kau tandatangani. Saya duluan kalau begitu,” kata Yudha sambil menyusul keluar dari ruangan.

Setelah Yudha keluar, kini Lanny masuk ke ruangan Harry.

“Pak Harry, silakan ke ruangan Direktur. Beliau ingin bicara dengan Anda.”

“Kenapa?”

“Tak tahu, Anda disuruh kesana. Saya permisi kalau begitu.”

Harry keheranan sendiri kenapa dia dipanggil oleh Direktur. Harry menurut saja, dia pun pergi ke ruangan Direktur.

Di depan pintu ruangan, Harry gugup sendiri. Dan akhirnya, dia pun mengetuk pintu dan langsung masuk di dalam ruangan Direktur.

Kini, Pak Direktur dan Harry berhadapan dan bertatapan dengan seriusnya. Harry sendiri berdiri di hadapan Pak Direktur dengan gugup.

“Ehh, Harry. Kurasa kamu sangat tertekan sekali hari ini? Ada apa?” Pak Direktur melihat Harry sangat gugup.

“Ah, tak ada apa-apa, kok. Saya tak apa-apa,” ucap Harry yang terlalu cepat, dan meyakinkan dirinya.

“Apa terjadi sesuatu di rumahmu, Harry? Apa mungkin, sang istri sedang hamil?”

“Lho, bagaimana Anda tahu tentang itu?”

“Bapak lihat gerak-gerikmu seperti sedang meminta sesuatu.”

“Ah, tidak ada kok, Pak. Saya tak minta sesuatu.”

“Nah, pas sekali hari ini. Ini, untukmu.” Pak Direktur memberikan amplop tebal berwarna cokelat pada Harry.

“Ini, apaan Pak?”

“Bapak memberikanmu gaji, sudah sesuai dengan kerjamu. 4 juta rupiah.”

“4 Juta? Tapi, kenapa harus diberikan sekarang, Pak? Bukannya tanggal 25 harus diberikan?”

“Bapak sengaja memberikannya padamu karena Bapak tahu kondisimu. Kamu mungkin harus jadi suami siaga untuk Fika. Jadi Bapak mengizinkanmu cuti mulai besok. Karena masuk kerja mulai tanggal 11 Juli.”

“Ahh, makasih, Pak. Kalau begitu, saya permisi. Karena ada pekerjaan lain yang harus aku kerjakan,” sahut Harry begitu langsung pergi dari ruangan Pak Direktur.

Harry pun buru-buru langsung ke ruangannya untuk menenangkan diri. Harry sangat pusing karena dokumen yang ada di hadapannya. Belum lagi masalah rencana mudik. Harry sangat tidak enak kalau dia tidak mudik, karena sudah 2 tahun Harry tidak mudik karena masalah pekerjaan.

Rencana Harry mudik, ingin pergi ke Surabaya, Jawa Timur. Dan jika istrinya melahirkan 1 minggu sebelum Lebaran, maka esok atau lusa akan langsung mudik. Harry mungkin akan membawa mobilnya untuk pergi ke Surabaya.

-----------------------

Sekarang Harry sedang menunggu makanan buka puasa-nya di sebuah rumah makan. Harry juga sedang frustasi memikirkan ini-itu. Apalagi tentang persalinan istrinya nanti. Jika istrinya akan melahirkan sehari sebelum lebaran, maka mungkin dia tidak bisa mudik tahun ini.

Setelah membeli makanan buka puasa, Harry langsung menuju mobilnya dan menyalakan mobilnya untuk melanjutkan perjalanan. Namun tiba-tiba, ponsel Harry berbunyi. Mungkin itu dari orang tua-nya yang berada di Surabaya. Harry sedikit menghela nafas dan langsung mengangkat telepon itu.

“Halo, Pak? Ada apa?”

Kapan kau akan mudik, Nak? Dan bagaimana dengan istrimu?

“Belum diperkirakan, Ayah. Maaf saja jika aku tidak bisa mudik hari ini.”

Iya, iya. Di sini, banyak sekali kejutan untukmu, Nak. Rugi jika kau tidak mudik.

“Ehh, ya sudah, Yah. Di Jakarta sudah mau buka puasa. Nanti Harry telepon lagi. Dah.”

Harry pun memutuskan teleponnya, dan lagi-lagi Harry menghela nafas. Kemudian Harry pun menancap gas mobilnya menuju rumah.

Sesampainya di rumah, Harry langsung masuk dalam rumahnya sambil membawa makanan buka puasa. Fika yang dalam keadaan hamil ini langsung berjalan menghampiri suaminya yang sedang membawa makanan.

“Nih, kubawakan makanan untukmu. Harusnya kamu banyak-banyak beristirahat. Jangan melakukan aktivitas berat,” ujar Harry memberi nasehat pada Fika.

“Iya, Mas. Tapi, kamu sudah libur, bukan?”

“Iya. Menurut perkiraan Dokter, 2 minggu lagi kau akan melahirkan, bukan?”

“Iya, kenapa memangnya?”

“Mudik bagaimana? Apa kita tidak akan mudik tahun ini?”

“Yah, kita lihat saja perkembangannya, Mas. Semoga saja kita mudik tahun ini. Walaupun keadaan hamil sekalipun.”

Fika pun kembali untuk mempersiapkan makanan buka puasa. Walaupun dia hamil, sekalipun dia tidak puasa, tapi dia tetap makan bersama Harry dan dianggap kalau dia berpuasa.

------------------------

Jam buka puasa pun sudah masuk, Harry dan Fika pun buka puasa bersama. Makanan mereka sangat enak, ada sop sayur dan ayam goreng. Harry makan dengan lahap. Fika pun juga begitu. Sambil itu, mereka pun mengobrol tentang mudik mereka nanti.

“Fika, bagaimana jika aku merencanakan mudik kita nanti?”

“Terus, persalinan bagaimana?”

“Kita harus merencanakan itu. Siapa tahu aja nanti prediksinya di luar dari prediksi-nya Dokter. Masa harus dibatalkan? Itupun jika prediksi Dokter cuma 2 minggu nanti, saya harus tetap merencanakannya.”

“Jadi, biarpun aku nanti melahirkan, kau tetap ingin mudik?”

“Iya, sudah 2 tahun saya tidak mudik. Jadi, tetap aku rencanakan ini. Oke?”

“Hmm, baiklah. Rencanakan itu demi orang tuamu,” ucapnya lalu kembali makan.

Harry pun juga melanjutkan makannya, lalu disusul minum teh di halaman utama depan rumahnya.

Harry hanya bisa melamun sambil memperhatikan ponselnya, tahu-tahu nanti ada pesan yang masuk. Dan benar saja, ada pesan LINE yang masuk di ponsel Harry. Pesan itu dari Ayah Harry, sedang memposting foto kebersamaan di kampung. Harry merasa iri melihat foto itu. Setelah melihat foto itu, ada pesan dari Ayahnya di aplikasi pesan LINE-nya.

Nak, ayo mudiklah. Kuharap istrimu baik-baik saja kalau persalinan nantinya. Di sini lebih rame, lho. Bakalan lebih rame bila kau ada. Apa di sana baik-baik saja di Jakarta?

Harry sangat terharu melihat pesan itu. Dan akhirnya, Harry pun membalas pesan dari Ayahnya.

Istriku baik-baik saja, dan anakku juga baik-baik saja. Bagaimana kabar di sana? Baik-baik sajakah?Harry akan pulang kampung segera setelah anakku lahir.” Harry begitu terharu mengetik pesan ini dan langsung mengirimnya pada Ayahnya. Harry langsung menangis begitu sudah mengirim pesan di LINE. Harry menundukkan kepalanya dan menangis. Harry mungkin tidak bisa melewatkan momen-momen yang seperti ini, karena ini adalah musim-nya mudik.

----------------------

1 minggu kemudian, tanggal 29 Juni. Fika pun sudah berada di RS bersalin untuk menjalani operasi persalinan. Karena tadi pagi air ketuban Fika sudah pecah, dan Harry pun membawa Fika langsung ke rumah sakit bersalin. Harry pun langsung berada di depan ruang operasi untuk menunggu operasi persalinan Fika sampai selesai. Harry hanya tinggal berdoa saja semoga persalinan Fika bisa lancar sampai tuntas.

Sambil menunggu, pesan LINE terus masuk di ponsel Harry. Mungkin itu dari Ayah Harry yang terus menerus mengirimi pesan sehingga ponsel Harry terus saja berbunyi. Banyak kekhawatiran dari Ayah Harry.

Bagaimana persalinannya? Lancar tidak?

Jangan lupa video call, Harry.

Jangan lupa foto-kan bayimu, Harry.

Mereka yang ada di kampung, terus saja mengirimi pesan LINE pada Harry. Sementara Harry, akhirnya luluh dan memasang video call di LINE. Harry memasang muka ke depan kamera, dan langsung menyapa orang-orang yang ada di kampung.

Bagaimana persalinan di sana?Masih berjalankah?”Ayah Harry tersenyum di video call.

“Iya, Yah. Nanti Ayah akan dengar suara bayi-nya kok.”

Baik, kami menunggu lho bayi-nya akan muncul. Ayah sangat penasaran, Harry.

“Iya, iya. Tunggu sebentar.”

Hingga akhirnya, suara bayi di dalam ruangan operasi pun terdengar. Operasi persalinan ini akhirnya sukses, dan suara bayi Harry masih terdengar di dalam ruangan operasi.

Oh? Bukankah itu suara bayimu, Harry?

“Sepertinya iya, tuh.”

Baru saja Harry ingin masuk, dokter pun keluar dan memberikan ucapan selamat pada Harry karena sudah resmi menjadi Ayah.

“Selamat, Pak Harry. Anda sudah resmi menjadi Ayah.” Dokter itu mengulurkan tangannya pada Harry.

Berhubung karena video call-nya tidak dimatikan, maka orang-orang di kampung bisa melihat aktivitas yang dilakukan Harry sekarang.

“Makasih, Dok. Apa boleh saya masuk ke dalam, untuk melihat bayiku?”

“Oh, boleh, silakan.”

Harry pun masuk dan melihat pemandangan yang sangat indah di mata. Pada tanggal 29 Juni 2016, akhirnya Harry memiliki seorang anak laki-laki yang sangat lucu. Baru pertama kalinya Harry dapat menggendong bayinya. Lalu setelah itu, Harry pun meng-adzani bayi-nya yang sangat lucu tersebut. Harry sangat pandai adzan, sampai-sampai air matanya keluar karena itu.

Orang-orang di kampung juga menyaksikan pemandangan indah itu, melihat Harry adzan di telinga bayinya, orang-orang di kampung juga sampai terharu mendengar suara adzan Harry.

Selamat sudah menjadi Ayah, Nak. Bawa bayimu ke Surabaya. Biar kucubit pipinya. Lucu sekali bayimu, Nak.” Ayah Harry mengirim pesan LINE lagi pada Harry dan menyuruh Harry untuk membawa bayi-nya sekalian. Niat Harry juga memang begitu, membawa bayi-nya ke Surabaya.

--------------------------

Akhirnya, tanggal 3 Juli 2016, Harry, Fika, dan bayi-nya pun pergi mudik. Semua koper-koper dimasukkan dalam mobil. Rumah terkunci dengan aman. Semuanya sudah aman dan lengkap.

Harry pun masuk dalam mobil, Fika mendampingi Harry sambil menggendong bayi-nya.

“Ayo kita berangkat. Semoga selamat sampai tujuan,” gumam Harry semangat.

Sebelum mereka berangkat, Harry membuka video call-nya, dan menyapa orang-orang di kampung.

“Ayah, tunggu kedatangan Harry. Kami akan mudik. Doakan semoga selamat sampai tujuan.”

Iya, amin. Selamat mudik, Harry!

“Iya, buatkan aku makanan yang banyak di sana! Dah, Harry berangkat!”

Harry dan keluarga kecilnya pun pergi dengan membawa mobilnya, dan langsung mudik menuju kampung halaman, Surabaya. Akhirnya setelah 2 tahun tidak mudik, Harry akhirnya memenuhi impiannya untuk mudik ke Surabaya. Dan ini sudah terwujud, Harry sangat senang bisa merasakan tradisi mudik ini.

TAMAT

Pertama kali ditayangkan di kompasiana.com








1 komentar: