Hari ini, tanggal 21 Juni 2016. Harry,
kepala staf di bidang tata usaha, mendapatkan gaji terlebih dulu dari jadwal
yang seharusnya. Karena Harry sedang menjaga istrinya yang tengah hamil 9 bulan
yang bernama Fika.
Di suatu pagi, Harry pergi bekerja dengan
membawa mobil-nya. Walaupun ini bulan Ramadhan, tapi Harry tetap bekerja selama
bulan Ramadhan. Harry sangat handal dalam mengabsensi masuk kerja, dan juga
tepat waktu dalam bekerja. Harry pun masuk dalam ruangan khusus kepala staf.
Dan Harry sudah dihadapkan dengan beberapa penandatangan dokumen hari ini.
Sebagai kepala staf, Harry harus menandatangani semua dokumen-dokumen ini.
Lalu tiba-tiba, ada seseorang yang
mengetuk pintu, dan Harry pun mempersilakan masuk orang yang mengetuk
pintu-nya.
“Iya, masuk!”
Rupanya orang yang masuk itu ternyata
adalah temannya sendiri yang bernama Yudha.
“Eh, Harry. Mudik-nya kapan? Kan kau ada
rencana mudik tahun ini.” ujar Yudha sedikit menggoda Harry.
“Kan istriku sedang hamil. Tahu-tahu
nanti air ketubannya akan pecah lagi, jadi aku harus membawanya ke rumah
sakit.”
“Terus, mudik kapan?”
“Kurasa aku tidak jadi mudik tahun ini,
karena istriku akan melahirkan. Tahu-tahu juga, nanti istriku akan melahirkan
menjelang Lebaran, jadi nanti tak ada persiapan untuk mudik.”
“Lalu, perkiraan Dokter kapan?”
“Perkiraan Dokter sih sekitaran 2 minggu
lagi. Nah ini baru tanggal 21. Nanti 2 minggu ke depan, udah hari raya. Jadi,
pilihanku sudah bulat. Tak bisa mudik tahun ini.”
“Ooh, ya sudah. Nih, ada beberapa dokumen yang
harus kau tandatangani. Saya duluan kalau begitu,” kata Yudha sambil menyusul
keluar dari ruangan.
Setelah Yudha keluar, kini Lanny masuk
ke ruangan Harry.
“Pak Harry, silakan ke ruangan Direktur.
Beliau ingin bicara dengan Anda.”
“Kenapa?”
“Tak tahu, Anda disuruh kesana. Saya
permisi kalau begitu.”
Harry keheranan sendiri kenapa dia
dipanggil oleh Direktur. Harry menurut saja, dia pun pergi ke ruangan Direktur.
Di depan pintu ruangan, Harry gugup
sendiri. Dan akhirnya, dia pun mengetuk pintu dan langsung masuk di dalam
ruangan Direktur.
Kini, Pak Direktur dan Harry berhadapan
dan bertatapan dengan seriusnya. Harry sendiri berdiri di hadapan Pak Direktur
dengan gugup.
“Ehh, Harry. Kurasa kamu sangat tertekan
sekali hari ini? Ada apa?” Pak Direktur melihat Harry sangat gugup.
“Ah, tak ada apa-apa, kok. Saya tak
apa-apa,” ucap Harry yang terlalu cepat, dan meyakinkan dirinya.
“Apa terjadi sesuatu di rumahmu, Harry?
Apa mungkin, sang istri sedang hamil?”
“Lho, bagaimana Anda tahu tentang itu?”
“Bapak lihat gerak-gerikmu seperti
sedang meminta sesuatu.”
“Ah, tidak ada kok, Pak. Saya tak minta
sesuatu.”
“Nah, pas sekali hari ini. Ini,
untukmu.” Pak Direktur memberikan amplop tebal berwarna cokelat pada Harry.
“Ini, apaan Pak?”
“Bapak memberikanmu gaji, sudah sesuai
dengan kerjamu. 4 juta rupiah.”
“4 Juta? Tapi, kenapa harus diberikan
sekarang, Pak? Bukannya tanggal 25 harus diberikan?”
“Bapak sengaja memberikannya padamu
karena Bapak tahu kondisimu. Kamu mungkin harus jadi suami siaga untuk Fika.
Jadi Bapak mengizinkanmu cuti mulai besok. Karena masuk kerja mulai tanggal 11
Juli.”
“Ahh, makasih, Pak. Kalau begitu, saya
permisi. Karena ada pekerjaan lain yang harus aku kerjakan,” sahut Harry begitu
langsung pergi dari ruangan Pak Direktur.
Harry pun buru-buru langsung ke
ruangannya untuk menenangkan diri. Harry sangat pusing karena dokumen yang ada
di hadapannya. Belum lagi masalah rencana mudik. Harry sangat tidak enak kalau
dia tidak mudik, karena sudah 2 tahun Harry tidak mudik karena masalah
pekerjaan.
Rencana Harry mudik, ingin pergi ke
Surabaya, Jawa Timur. Dan jika istrinya melahirkan 1 minggu sebelum Lebaran,
maka esok atau lusa akan langsung mudik. Harry mungkin akan membawa mobilnya
untuk pergi ke Surabaya.
-----------------------
Sekarang Harry sedang menunggu makanan
buka puasa-nya di sebuah rumah makan. Harry juga sedang frustasi memikirkan
ini-itu. Apalagi tentang persalinan istrinya nanti. Jika istrinya akan
melahirkan sehari sebelum lebaran, maka mungkin dia tidak bisa mudik tahun ini.
Setelah membeli makanan buka puasa,
Harry langsung menuju mobilnya dan menyalakan mobilnya untuk melanjutkan
perjalanan. Namun tiba-tiba, ponsel Harry berbunyi. Mungkin itu dari orang
tua-nya yang berada di Surabaya. Harry sedikit menghela nafas dan langsung
mengangkat telepon itu.
“Halo, Pak? Ada apa?”
“Kapan
kau akan mudik, Nak? Dan bagaimana dengan istrimu?”
“Belum diperkirakan, Ayah. Maaf saja
jika aku tidak bisa mudik hari ini.”
“Iya,
iya. Di sini, banyak sekali kejutan untukmu, Nak. Rugi jika kau tidak mudik.”
“Ehh, ya sudah, Yah. Di Jakarta sudah
mau buka puasa. Nanti Harry telepon lagi. Dah.”
Harry pun memutuskan teleponnya, dan
lagi-lagi Harry menghela nafas. Kemudian Harry pun menancap gas mobilnya menuju
rumah.
Sesampainya di rumah, Harry langsung
masuk dalam rumahnya sambil membawa makanan buka puasa. Fika yang dalam keadaan
hamil ini langsung berjalan menghampiri suaminya yang sedang membawa makanan.
“Nih, kubawakan makanan untukmu. Harusnya
kamu banyak-banyak beristirahat. Jangan melakukan aktivitas berat,” ujar Harry
memberi nasehat pada Fika.
“Iya, Mas. Tapi, kamu sudah libur,
bukan?”
“Iya. Menurut perkiraan Dokter, 2 minggu
lagi kau akan melahirkan, bukan?”
“Iya, kenapa memangnya?”
“Mudik bagaimana? Apa kita tidak akan
mudik tahun ini?”
“Yah, kita lihat saja perkembangannya,
Mas. Semoga saja kita mudik tahun ini. Walaupun keadaan hamil sekalipun.”
Fika pun kembali untuk mempersiapkan
makanan buka puasa. Walaupun dia hamil, sekalipun dia tidak puasa, tapi dia
tetap makan bersama Harry dan dianggap kalau dia berpuasa.
------------------------
Jam buka puasa pun sudah masuk, Harry
dan Fika pun buka puasa bersama. Makanan mereka sangat enak, ada sop sayur dan
ayam goreng. Harry makan dengan lahap. Fika pun juga begitu. Sambil itu, mereka
pun mengobrol tentang mudik mereka nanti.
“Fika, bagaimana jika aku merencanakan
mudik kita nanti?”
“Terus, persalinan bagaimana?”
“Kita harus merencanakan itu. Siapa tahu
aja nanti prediksinya di luar dari prediksi-nya Dokter. Masa harus dibatalkan?
Itupun jika prediksi Dokter cuma 2 minggu nanti, saya harus tetap
merencanakannya.”
“Jadi, biarpun aku nanti melahirkan, kau
tetap ingin mudik?”
“Iya, sudah 2 tahun saya tidak mudik.
Jadi, tetap aku rencanakan ini. Oke?”
“Hmm, baiklah. Rencanakan itu demi orang
tuamu,” ucapnya lalu kembali makan.
Harry pun juga melanjutkan makannya,
lalu disusul minum teh di halaman utama depan rumahnya.
Harry hanya bisa melamun sambil
memperhatikan ponselnya, tahu-tahu nanti ada pesan yang masuk. Dan benar saja,
ada pesan LINE yang masuk di ponsel Harry. Pesan itu dari Ayah Harry, sedang
memposting foto kebersamaan di kampung. Harry merasa iri melihat foto itu.
Setelah melihat foto itu, ada pesan dari Ayahnya di aplikasi pesan LINE-nya.
“Nak,
ayo mudiklah. Kuharap istrimu baik-baik saja kalau persalinan nantinya. Di sini
lebih rame, lho. Bakalan lebih rame bila kau ada. Apa di sana baik-baik saja di
Jakarta?”
Harry sangat terharu melihat pesan itu. Dan
akhirnya, Harry pun membalas pesan dari Ayahnya.
“Istriku
baik-baik saja, dan anakku juga baik-baik saja. Bagaimana kabar di sana?
Baik-baik sajakah?Harry akan pulang kampung segera setelah anakku lahir.”
Harry begitu terharu mengetik pesan ini dan langsung mengirimnya pada Ayahnya. Harry
langsung menangis begitu sudah mengirim pesan di LINE. Harry menundukkan
kepalanya dan menangis. Harry mungkin tidak bisa melewatkan momen-momen yang
seperti ini, karena ini adalah musim-nya mudik.
----------------------
1 minggu kemudian, tanggal 29 Juni. Fika
pun sudah berada di RS bersalin untuk menjalani operasi persalinan. Karena tadi
pagi air ketuban Fika sudah pecah, dan Harry pun membawa Fika langsung ke rumah
sakit bersalin. Harry pun langsung berada di depan ruang operasi untuk menunggu
operasi persalinan Fika sampai selesai. Harry hanya tinggal berdoa saja semoga
persalinan Fika bisa lancar sampai tuntas.
Sambil menunggu, pesan LINE terus masuk
di ponsel Harry. Mungkin itu dari Ayah Harry yang terus menerus mengirimi pesan
sehingga ponsel Harry terus saja berbunyi. Banyak kekhawatiran dari Ayah Harry.
“Bagaimana
persalinannya? Lancar tidak?”
“Jangan
lupa video call, Harry.”
“Jangan
lupa foto-kan bayimu, Harry.”
Mereka yang ada di kampung, terus saja
mengirimi pesan LINE pada Harry. Sementara Harry, akhirnya luluh dan memasang video call di LINE. Harry memasang muka
ke depan kamera, dan langsung menyapa orang-orang yang ada di kampung.
“Bagaimana
persalinan di sana?Masih berjalankah?”Ayah Harry tersenyum di video call.
“Iya, Yah. Nanti Ayah akan dengar suara
bayi-nya kok.”
“Baik,
kami menunggu lho bayi-nya akan muncul. Ayah sangat penasaran, Harry.”
“Iya, iya. Tunggu sebentar.”
Hingga akhirnya, suara bayi di dalam
ruangan operasi pun terdengar. Operasi persalinan ini akhirnya sukses, dan
suara bayi Harry masih terdengar di dalam ruangan operasi.
“Oh?
Bukankah itu suara bayimu, Harry?”
“Sepertinya iya, tuh.”
Baru saja Harry ingin masuk, dokter pun
keluar dan memberikan ucapan selamat pada Harry karena sudah resmi menjadi
Ayah.
“Selamat, Pak Harry. Anda sudah resmi
menjadi Ayah.” Dokter itu mengulurkan tangannya pada Harry.
Berhubung karena video call-nya tidak dimatikan, maka orang-orang di kampung bisa
melihat aktivitas yang dilakukan Harry sekarang.
“Makasih, Dok. Apa boleh saya masuk ke
dalam, untuk melihat bayiku?”
“Oh, boleh, silakan.”
Harry pun masuk dan melihat pemandangan
yang sangat indah di mata. Pada tanggal 29 Juni 2016, akhirnya Harry memiliki
seorang anak laki-laki yang sangat lucu. Baru pertama kalinya Harry dapat
menggendong bayinya. Lalu setelah itu, Harry pun meng-adzani bayi-nya yang
sangat lucu tersebut. Harry sangat pandai adzan, sampai-sampai air matanya
keluar karena itu.
Orang-orang di kampung juga menyaksikan
pemandangan indah itu, melihat Harry adzan di telinga bayinya, orang-orang di
kampung juga sampai terharu mendengar suara adzan Harry.
“Selamat
sudah menjadi Ayah, Nak. Bawa bayimu ke Surabaya. Biar kucubit pipinya. Lucu
sekali bayimu, Nak.” Ayah Harry mengirim pesan LINE lagi pada Harry dan
menyuruh Harry untuk membawa bayi-nya sekalian. Niat Harry juga memang begitu,
membawa bayi-nya ke Surabaya.
--------------------------
Akhirnya, tanggal 3 Juli 2016, Harry,
Fika, dan bayi-nya pun pergi mudik. Semua koper-koper dimasukkan dalam mobil.
Rumah terkunci dengan aman. Semuanya sudah aman dan lengkap.
Harry pun masuk dalam mobil, Fika
mendampingi Harry sambil menggendong bayi-nya.
“Ayo kita berangkat. Semoga selamat
sampai tujuan,” gumam Harry semangat.
Sebelum mereka berangkat, Harry membuka video call-nya, dan menyapa orang-orang
di kampung.
“Ayah, tunggu kedatangan Harry. Kami
akan mudik. Doakan semoga selamat sampai tujuan.”
“Iya,
amin. Selamat mudik, Harry!”
“Iya, buatkan aku makanan yang banyak di
sana! Dah, Harry berangkat!”
Harry dan keluarga kecilnya pun pergi
dengan membawa mobilnya, dan langsung mudik menuju kampung halaman, Surabaya.
Akhirnya setelah 2 tahun tidak mudik, Harry akhirnya memenuhi impiannya untuk
mudik ke Surabaya. Dan ini sudah terwujud, Harry sangat senang bisa merasakan
tradisi mudik ini.
TAMAT
Happy ending... :)
BalasHapusMantap