Sabtu, 22 Oktober 2016

[Cerbung] The Future Magic Bell - Episode 20 END




BAGIAN DUA PULUH

* * *

Melisha yang melihat kejadian aneh itu langsung masuk kembali ke kamar tempat Andri dirawat, dan ia juga terkejut kalau Andri ternyata sudah menjadi seorang anak kecil lagi. Seorang anak kecil yang pernah ia ajak makan es krim, lalu kemudian terlibat kecelakaan dan berubah menjadi pria yang ganteng. Dan hingga akhirnya kembali lagi menjadi seorang anak kecil yang lucu dan imut. Ia bertanya-tanya di manakah sekarang Andri yang dari tahun 2042?

Melisha mencoba untuk masuk ke dalam kamar itu dan menyapa orang tua Andri yang wajahnya masih muda dan segar.

“Halo, Pak, Bu.”

Kemudian Ayah Andri menyapa Melisha balik. “Halo, Nak. Apakah kau yang menyelamatkan anakku, Andri?”

“Ya? Ahh, iya. Saya menyelamatkan anak Bapak. Dan saya cuma mau melihat kondisi Andri, apakah ia baik-baik saja?”

“Iya, kondisinya sekarang baik-baik saja. Jangan khawatir.”

“Ah, syukurlah.”

Melisha kembali melihat Andri yang kini berubah menjadi sosok anak kecil yang pernah ia temui.

Dia ‘kan sudah berubah menjadi anak kecil lagi. Ahh, rasanya aku kembali ke masa lalu, pengen ajak dia makan es krim lagi.

Melisha tersenyum melihat Andri, namun Andri malah keheranan. “Oh, kakak? Kenapa tersenyum?”

“Hah? Ahh, kakak gak tersenyum, kok.” Melisha kini beralih bertanya pada Ayah Andri. “Oh ya, Pak, kapan anak Bapak akan keluar dari rumah sakit ini?”

“Hmm, setelah saya tadi ke dokter, Andri akan keluar sebentar 2 jam lagi.”

“Oh, benarkah? Kalau begitu, boleh saya ajak Andri pergi makan es krim? Yah, sekali sekali saya ajak traktir makan es krim. Pasti Andri suka. Boleh ya, Pak?”

“Yah, boleh saja, Nak. Sekali sekali membuat anakku senang.”

“Asik, makasih yah, Bapak!” Melisha senang karena bisa mengajak Andri makan es krim lagi.

 ------------------------------------------

Melisha kembali lagi mengajak Andri pergi makan es krim di kedai Baskin Robbins, tempat pertama kali mereka makan es krim, sesaat sebelum kecelakaan tabrak lari. Andri memang sangat senang bila melihat es krim. Apalagi jika melahapnya, pasti akan membuatnya tersenyum.

Jika saja kau tersenyum sekarang, maka aku akan senang. Bisa membuatmu bahagia bersama istrimu dan anakmu.

“Kakak, kenapa melamun?”

Melisha terkejut ketika Andri melihat Melisha melamun. “Aduh, Andri, kakak tidak melamun kok. Cuman melihat es krim yang enak di sini.”

“Ooh, Andri juga senang melihat es krim. Pengen saya makan semuanya kalau begitu.”

“Widih, makan semuanya, ya? Kakak gimana?”

“Sendok-nya aja dijilatin.”

“Ihh, Andri ini bisa aja deh.” Melisha mengelus pelan kepala Andri, lalu kemudian duduk di meja nomor 24.

Melisha memesan Mango Ice Cream dan Andri memesan Blueberry Ice Cream. Ketika pesanan sudah jadi, Melisha memakan es krim dengan pelan, sementara Andri memakan lahap es krim tersebut. Melisha tersenyum melihat Andri yang bersikap seperti biasanya, seperti anak kecil pada umumnya.

-----------------------------------------------

Keesokan harinya, di hari Sabtu, Melisha seperti biasa pergi bersekolah, dengan memakai jaket almamaternya. Melisha duduk di barisan kedua, dan mengeluarkan buku paket Fisikanya. Ia sedikit belajar-belajar tentang materi yang akan ia pelajari.

Selang tak berapa lama, kelas Melisha kedatangan seorang guru honorer laki-laki yang sangat ganteng, lengkap dengan memakai baju batik. Melisha juga terkejut dengan guru honorer itu.

Lho, bukannya itu Andri? Kenapa dia ada di sini?

Melisha menebak bahwa guru honorer itu adalah Andri di tahun 2042, karena wajahnya yang sangat mirip.

Guru itu pun memperkenalkan dirinya. “Diam semuanya. Karena Bapak Dodi sekarang sedang cuti ke luar kota, maka Bapak akan menggantikan Pak Dodi untuk mengajar pelajaran Fisika pada kali ini. Bapak akan memperkenalkan diri. Nama Bapak adalah Dwi Maryono. Kalian bisa panggil Bapak dengan Pak Dwi.”

Melisha kepikiran. “Pak Dwi? Bukannya dia Andri? Kenapa wajahnya mirip sekali, ya?”

“Jadi, selama Bapak mengajar, tidak boleh ada yang ribut ataupun melakukan sesuatu yang tidak baik. Dan, tetap selalu mentaati tata tertib di sekolah ini. Mengerti?”

“Mengerti, Pak!!” Semua menjawab, kecuali Melisha. Pak Dwi melihat Melisha hanya diam saja.

“Hei, kau. Kenapa bengong? Apa yang kau pikirkan?”

“Hah? Ti--tidak, kok Pak. Saya tidak memikirkan apa-apa.”

“Lalu kenapa tadi bengong? Pasti ada yang kau pikirkan, bukan?”

“Tidak, kok Pak, sungguh.”

Pak Dwi kembali duduk setelah memperkenalkan dirinya. “Baiklah, apa Pak Dodi memberikan PR buat kalian?”

“Iya, Pak!!”

“Bagus, sekarang kumpulkan PR kalian.”

PR Fisika yang terakhir dikerjakan, ternyata Melisha kelupaan bukunya di rumah. Ia agak panik dan pasrah, dan lebih memilih untuk diam di bangkunya.

Setelah semua murid di kelas 2-4 mengumpulkan PR mereka, akhirnya semua murid duduk dan Pak Dwi memeriksa kelengkapan buku. Dan ada suatu kejanggalan. Ternyata dari 24 murid, ternyata cuma 23 yang mengumpulkan buku. Pak Dwi curiga dan segera memeriksa absennya.

“Tunggu sebentar. Apakah ada di antara kalian yang tidak mengumpulkan PR. Dari 24 murid, ternyata ada 1 yang tidak kumpulkan PR. Yang merasa tidak mengumpulkan PR-nya, angkat tangan.”

Para murid pun gaduh dan bertanya-tanya siapa yang tidak mengumpulkan PR. Melisha yang tetap diam, akhirnya mengeluh dan mengangkat tangannya. Semua murid menoleh pada Melisha, dan Pak Dwi juga melihat Melisha yang mengangkat tangan.

“Kau, yang namanya Melisha?”

“I--iya, Pak.”

“Melisha, kau naik ke depan.”

Melisha dengan tidak mengatakan apa-apa, langsung naik ke depan dan Pak Dwi menghampiri Melisha yang berdiri di depan kelas. Pak Dwi menatap Melisha dengan sinis.

“Kau, kenapa tidak mengumpulkan PR-mu?”

“Karena--- aku kelupaan. Buku PR-ku lupa.”

“Oo, jadi kau lupa ya?”

Pak Dwi sejenak melihat penampilan Melisha, dan akhirnya ia melihat kejanggalan lagi.

“Kau, tidak memakai sepatu hitam, dan malahan memakai sepatu berwarna?”

Melisha melihat ke bawah dan sadar kalau ia benar memakai sepatu berwarna. “Maafkan saya, Pak. Saya tidak tahu.”

Pak Dwi geram dan tak tahan lagi, lalu segera mengeluarkan amarahnya. “Kau!! Telah melanggar aturan tata tertib sekolah. Lebih baik, Bapak akan sita sepatumu, dan beritahu orang tuamu untuk datang dan mengambil kembali sepatumu itu.”

Pak Dwi langsung memaksa membuka sepasang sepatu Melisha, hingga membuat Melisha hanya memakai kaos kaki saja.

“Lebih baik pulang pakai kaos kaki saja. Dan kau tetap berdiri karena tidak mengumpulkan PR-mu.”

Pak Dwi kembali duduk di meja sambil membawa sepatu Melisha.

Ahh, kenapa nasib malang harus terjadi padaku? Kenapa ya?

---------------------------------------

Saat pulang sekolah, pada jam 6 petang, Melisha masih berdiri menunggu di depan gerbang sekolah. Ia menggaruk-garukan kakinya karena ia tidak memakai sepatu. Sementara itu, Pak Dwi dengan memakai tas punggung besarnya, juga berdiri menunggu di samping Melisha. Pak Dwi melihat Melisha mengeluh tanpa mengenakan sepatu. Pak Dwi hanya bisa menggeleng-geleng melihat Melisha yang berwajah murung.

“Kau belum pulang juga?”

Melisha terkejut ketika Pak Dwi berada di sampingnya. “I--iya. Sedang menunggu seseorang. Untuk menjemputku pulang. Karena ada acara juga sebentar malam. Terus, kenapa Bapak belum pulang?”

“Saya sedang menunggu istri saya, dan tiga anak saya juga.”

“Hah? Tiga anak?” Melisha tiba-tiba berteriak tidak karuan. Membuat Pak Dwi menjadi agak terkejut dan keheranan.

“Kau, kenapa sih?”

Melisha langsung kembali bersikap seperti biasa. “Ehh, tidak kok, Pak. Cuman memikirkan Bapak, saya langsung memikirkan seseorang.”

“Seseorang itu siapa sih?”

“Hmm, seseorang yang bisa dibilang adalah selalu yang meminta bantuanku. Dan juga, dia yang membuatku senang, walau dia sudah beristri.”

“Seseorang itu mungkin... Bapak?” ucap Pak Dwi sambil menunjuk dirinya.

“Ahh, tidak kok, Pak. Bukan Bapak yang dimaksud. Maksud saya itu, orangnya sangat berbeda dari Bapak. Masa saya harus membandingkan orang itu dengan Bapak?”

Pak Dwi jadi mengerti maksud Melisha itu.

“Baiklah, jika kau memang berniat ingin minta sesuatu, bilang saja. Dan juga, Bapak akan mengembalikan sepatumu. Karena Bapak kasihan melihatmu yang tidak memakai sepatu.”

Melisha langsung tersenyum melihat Pak Dwi yang menjadi baik padanya.

“Makasih, Pak. Kenapa Bapak langsung mengembalikan sepatu saya?”

“Karena, kau sudah memuji Bapak seperti itu.”

“Aduh, Bapak ini. Sudah saya bilang, saya tidak memuji Bapak kok.”

“Tapi sudah masuk di hati Bapak, hehe.”

“Ahh, Bapak ini.”

“Oh iya, apa kau mau ikut sama Bapak?”

“Kemana?”

“Makan malam, bersama keluarga.”

“Lho, kenapa tiba-tiba, Pak?”

“Tidak, itu cuma sebagai permohonan maaf bagi Bapak, karena Bapak telah memarahimu tadi pagi.”

“Yah, kalau tidak keberatan sih, boleh aja Pak. Saya mau ikut.”

“Bapak tidak akan keberatan. Dan Bapak malahan senang ketika ada yang menerima tawaran Bapak.”

Melisha tersenyum mendengar pernyataan dari Pak Dwi. “Woah, benarkah, Pak? Iya, saya juga senang bisa makan malam dengan Bapak, karena Bapak juga memikirkan perasaan saya. Saya sangat senang.”

Pak Dwi mendesah ketawa, karena pernyataan Melisha membuatnya lucu. “Iya, yang penting ‘kan kita sama-sama senang.”

Melisha menatap Pak Dwi senang. Ia melihat Pak Dwi mirip seperti Andri, namun berbeda dari Andri. Pak Dwi ternyata lebih baik dari Andri. Walaupun sebenarnya Andri hanyalah seorang anak kecil, tapi melihat Pak Dwi saja, membuatnya kembali mengingat Andri yang selalu meminta bantuan pada dirinya. Ia menganggap Pak Dwi adalah guru dan juga teman terbaiknya. Pak Dwi juga membalas senyuman Melisha, dan membuat mereka sama-sama tersenyum.

Meskipun Pak Dwi terlihat seperti orang galak, tapi di dalam hatiku, dia terlihat seperti orang yang baik. Dia bisa saja lucu, dia bisa saja serius, bahkan dia bisa saja kembali bersifat seperti aslinya. Aku akan tetap menjadi teman buat Pak Dwi. Andri, aku sudah menemukan penggantimu. Yang lebih baik darimu. Yaitu Pak Dwi. Walaupun orang-orang melihatnya sebagai Pak Dwi, tapi, aku menganggap Pak Dwi sebagai... Andri.

TAMAT

------------------------

Nantikan karya-karya MiniNoveling berikutnya. Di bulan November atau Desember, akan ada cerbung baru lagi di blog ini. Stay tune yah ^^



Tidak ada komentar:

Posting Komentar